Kamis, 11 Agustus 2011



TUGAS SOSIOLOGI                                                                ( MENGATASI KEMISKINAN )

OLEH
I KADEK SURYA ADI PUTRA
X.6
40

SMA N 7 DENPASAR
TAHUN AJARAN 2010/2011



KATA  PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentangmengatasi kemiskinan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Tugas ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun tugas ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis








KATA PENGANTAR            …………………………………………………….i
DAFTAR ISI     …………………………………………………………………..ii
  1. LATAR BELAKANG KEMISKINAN  ……………………………………..
  2. PEMBAHASAN  …………………………………………………………….
  3. CONTOH KEMISKINAN  ………………………………………………….
  4. KESIMPULAN DAN SARAN    …………………………………………….
  5. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..










Latar belakang KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup :
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Peta dunia memperlihatkan persentase manusia yang hidup di bawah batas kemiskinan nasional. Perhatikan bahwa garis batas ini sangat berbeda-beda menurut masing-masing negara, sehingga kita sulit membuat perbandingan.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/6e/Life_expectancy_world_map.PNG/250px-Life_expectancy_world_map.PNG
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Mengukur Kemiskinan
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/India.Mumbai.01.jpg/250px-India.Mumbai.01.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Gambaran kemiskinan di Mumbai, India oleh Antônio Milena/ABr.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Diskusi Tentang Kemiskinan
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu sosial, ekonomi, dan budaya.
  • Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
  • Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
  • Dalam pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.
Kemiskinan Dunia
Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."
Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari AS$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001. [2]
Proyek Borgen menunjuk pemimpin Amerika memberikan AS$230 milyar per tahun kepada kontraktor militer, dan hanya AS$19 milyar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Perkembangan Milenium PBB untuk mengakhiri kemiskinan parah sebelum 2025.
Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan :
  • penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
  • penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
  • penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
  • penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
  • penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Bali Post, 18 Maret 2010
MENGUBUR KEMISKINAN DI BALI, PENGANGGURAN JADI MASALAH
Mengubur Kemiskinan di Bali (9) Pengangguran Juga Jadi MasalahBUKAN perkaramudah mengubur kemiskinan di Bali. Meskipun Pemprov Bali telah menempatkanpengentasan kemiskinan sebagai prioritas pertama pembangunan Bali, namun barisan penduduk miskin masih cukup panjang. Berdasarkan data per Maret 2010, Provinsi Bali ''mengoleksi'' 174.930 jiwa penduduk miskin. Jika dikomparasikan dengan populasi penduduk Bali yang mencapai 3,5 juta jiwa, maka persentase penduduk miskin itu berada di level 4,88 persen.
Selain masalah penduduk miskin, Bali juga dibelit masalah pengangguran. Berdasarkan data terakhir, jumlah pengangguran 75.635 orang. Rinciannya, 11.718 orang penggangguran (15,49 persen) berkualifikasi lulusan universitas, 7.079 orang (9,36 persen) berkualifikasi akademi/diploma, 17.032 orang (22,52 persen) berkualifikasi SMK, 21.482 orang (28,40 persen) berkualifikasi SMA, 9.080 orang (12,00 persen) berkualifikasi SMP dan 9.244 orang (12,22 persen) berkualifikasi SD ke bawah. Lantas, apa langkah-langkah strategis yang ditempuh Pemprov Bali guna memangkas jumlah penduduk miskin dan pengangguran di Bali?
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Bali Ir. I Nengah Suarca, M.Si. mengatakan jumlah penduduk miskin di Bali berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal itu erat kaitannya dengan kondisi perekonomian Bali yang sebagian besar tergantung dari sektor pariwisata. Dengan kata lain, keterpurukan sektor pariwisata yang terjadi pascatragedi bom Bali I dan II, memberi tamparan sangat telak bagi perekonomian Bali secara menyeluruh. Bukan hanya pekerja di sektor pariwisata, juga mendatangkan dampak negatif bagi pekerja di sektor lainnya seperti industri kecil-menengah, perdagangan bahkan pertanian. Namun dengan kerja keras pemerintah bersama dunia usaha, maka ekonomi Bali berangsur-angsur mulai normal. Sejalan dengan itu, jumlah warga miskin juga berangsur-angsur berkurang.Kabid Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat BPMPD Provinsi Bali Ir. Putu Astawa, MMA. menambahkan, penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali sebesar 6.790 jiwa mampu memenuhi target yang dibebankan oleh pemerintah pusat yakni 6.360 jiwa. ''Berdasarkan persentase jumlah penduduk miskin dari masing-masing provinsi, Bali mampu menempati posisi kedua nasional dalam keberhasilan menekan jumlah penduduk miskin setelah DKI Jakarta dengan persentase penduduk miskin sebesar 3,48 persen,'' katanya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan (Disnakertransduk) Provinsi Bali Drs. I Made Artadana, M.Si. mengatakan jumlah angkatan kerja di Bali per Februari 2010 mencapai 2.166.972 orang. Bertambah 56.114 orang dibandingkan angkatan kerja Februari 2009 atau meningkat sebesar 2,72 persen. Dari 2.166.972 orang angkatan kerja itu, 2.041.337 orang di antaranya sudah bekerja dan 125.635 orang (5,79 persen) lagi berstatus sebagai pengangguran. Menurut Artadana, suatu hal yang sangat mustahil meniadakan pengangguran tersebut. Pasalnya, lonjakan pencari kerja selalu jauh lebih tinggi dibandingkan formasi lowongan kerja yang tersedia. Setiap tahunnya, ada ribuan calon tenaga kerja yang menamatkan pendidikannya di seluruh jenjang pendidikan. Sebagian dari mereka dipastikan tersingkir dari persaingan memperebutkan lapangan kerja yang tersedia.
Ia menyatakan tetap berupaya menekan persentase pengangguran itu serendah mungkin melalui tiga jalur strategis. Pertama, melalui jalur pelatihan di mana calon tenaga kerja diberikan keterampilan khusus sesuai minat, bakat dan kemampuan sehingga mereka memiliki jiwa kewirausahaan dan diharapkan mampu membuka lapangan kerja minimal untuk dirinya sendiri. Strategi kedua lewat jalur pengiriman tenaga kerja terdidik ke luar negeri. Sedangkan strategi ketiga, Disnakertransduk setiap tahun menggelar Job Fair (bursa kerja - red) guna mempertemukan para pencari kerja dengan pengguna tenaga kerja/perusahaan. (ian)









KESIMPULAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa :
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.


Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar